INSIDEFLORES.ID– Badan Pelaksana Otorita Labuan Flores atau BPOLBF jajaki peluang kolaborasi dengan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat dan Lembaga pendidikan Non-Formal di Labuan Bajo. Peluang kolaborasi tersebut berbagai upaya pengembangan  Labuan Bajo Flores sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan.

Peluang kolaborasi dengan sejumlah  organisasi masyarakat sipil dan Lembaga Pendidikan Non-Fomal itu dilakukan melalui forum diskusi yang digelar di Kantor BPOLBF Labuan Bajo, pada Rabu, (15/05/2023) lalu.

Nampak hadir, Yayasan Bina Karya Lestari (BINTARI), Yayasan Burung Indonesia, Trash Hero Komodo, Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES), Yayasan Bambu Lestari, Nomad Plastic, WWF Labuan Bajo  dan Atlantis International College (AIC).

Plt Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh  mengatakan kolaborasi dengan mengabungkan peran dari seluruh pihak sangat penting guna memastikan agar cita-cita pengembangan destinasi pariwisata yang berkelanjutan, yang menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, budaya, pemberdayaan, dan kesejahteraan masyarakat lokal dapat berjalan sebagaimana mestinya.

“Dalam mengembangkan pariwisata di Labuan Bajo ini, semua pihak tentu diharapkan untuk lebih mengutamakan pendekatan tata ruang budaya yang selaras dengan alam dan juga lingkungan serta mengedepankan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat lokal” ungkap Frans pada rilis media yang diterima media ini pada Rabu, (15/05/2023.)

Frans juga menambahkan, BPOLBF saat ini tengah mengembangkan destinasi wisata terpadu Parapuar yang akan menambah destinasi wisata baru di dalam Kota Labuan Bajo.

Melalui pengembangan Parapuar kata dia, BPOLBF membuka peluang kolaborasi bersama mitra–mitra potensial yang terlibat dalam industri pariwisata termasuk NGOs dan AIC untuk bersama-sama membangun Parapuar sebagai model pengembangan destinasi yang berkelanjutan.

“Saat ini kami sudah mendapatkan dua investor yaitu Dusit Internasional Grup dan Eiger Indonesia yang akan memulai pembangunannya tahun ini di kawasan Parapuar. Kami juga sangat terbuka bagi teman-teman yang ingin mengembangkan usaha pariwisata ataupun dalam bentuk kolabroasi lainnya di kawasan tersebut guna membangun Parapuar sebagai destinasi yang mengedepankan asas keberlanjutan dan  pemberdayaan masyarakat” lanjut Frans.

Sementara itu, perwakian Yayasan Gugah Nurani Indonesia Labuan Bajo, Vinsensius menegaskan pemberdayaan masyarakat dalam sektor pariwisata yang berkelanjutan  dapat memastikan industri pariwisata benar-benar memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal.

”Kami memiliki program pemberdayaan masyarakat lokal seperti usaha pertanian produksi cabe di Desa Golo Pua, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat dan di Wilayah Compang tepatnya di kampung Sepo, ada 56 Kepala Keluarga yang kami dampingi dalam pengembangan pasar” ujar Vinsen.

Sedangkan Mateus dari Atlantis International College (AIC) Labuan Bajo, menegaskan  pihaknya berfokus untuk mengupgrade workforce (angkatan kerja) Labuan Bajo agar memiliki etos kerja seperti workforce berstandart internasional.

“Kami siap mencetak muda-mudi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) lebih khususnya Kabupaten Manggarai Barat yang akan bekerja pada industri pariwisata di luar negeri. Tahun 2024 ini, seluruh lulusan AIC bisa mendapatkan peluang di luar negeri” tutur Mateus. ***

 

Editor : Chellz