(Memorial Hari Pers Nasional ke-77)
LABUAN BAJO | Insideflores.id | Warga petani setempat dan para pengguna jalan Werang – Paku terpaksa antri berjam-jam lamanya. Penyebabnya gegara dihadang banjir yang meluap dari kali Wae Jereng, Desa Watu Panggal, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Bara, Nusa Tenggara Timur, Rabu (8/2) petang.
Bosan menunggu, warga kemudian bergotong-royong membangun jembatan kayu darurat, hanya untuk bisa sampai di rumah mereka.
BACA JUGA: Mesin Traktor Milik Nenek Janda Juga Digasak Maling
Kondisi serupa juga terjadi di Desa Sano Nggoang. Tepatnya di kali Wae Parek yang membelah kampung Parek. Lokasinya tidak jauh dari kali Wae Jereng, Desa Watu Panggal. Penyebabnya sama, tidak ada jembatan.
Kejadian sebelumnya di dua titik tersebut juga sama. Sejumlah moda angkutan pedesaan yang mengangkut barang (sayur hasil pertanian lainnya) dan penumpang dari desa Golo Sengang, Golo Manting yang hendak ke Pasar Inpres Werang, ibukota Kecamatan Sano Nggoang, terdampar di kampung Parek karena dihadang banjir. Akibatnya, arus lalulintas penumpang dan barang di ruas jalan Werang – Paku lumpuh total.
BACA JUGA: Cerita Kondektur Asal Aimere Selamat Dari Jurang Maut
Selain karena faktor alam dan hujan lebat, antrian disebabkan karena tidak memiliki jembatan. Bukan kali ini saja, potret buram seperti ini terjadi berulang-ulang saban tahun.
Penyebabnya, sekali lagi, karena belum ada jembatan.
Setiap musim hujan, kisah lusuh tentang warga nyaris hanyut dan kendaraan angkutan pedesaan macet dihadang banjir merupakan persoalan klasik yang memprihatinkan, agar tidak ditulis menyengsarakan warga masyarakat dari tahun ke tahun.
Sentra produksi pangan
Padahal, kalau menghitung kepala manusia, ruas jalan Werang – Paku melintasi empat desa plus satu Desa Persiapan (Nggoang) dengan jumlah penduduknya ribuan jiwa.
Ruas jalan tersebut sangat vital bagi kelancaran mobilitas orang dan barang (akselerasi ekonomi) warga masyarakat mulai dari Desa Watu Panggal, Desa Sano Nggoang, Desa Golo Manting dan Desa Golo Sengang plus Desa Persiapan Nggoang. Anak kampungnya mulai dari Tenda, Daleng, Parek, Bokakrangga, Cowang Anak, Ru’a, Nanong, Paku, Lando, Leheng, Cereng, Ceremba.
Lembah Paku dan Leheng juga merupakan salah satu sentra produksi pangan (beras) yang potensial untuk masyarakat Kecamatan Sano Nggoang. Selain itu, kawasan itu juga penghasil komoditi kemiri, kakao dan komoditi lainnya.
Infrastruktur pendidikan yang berada di kawasan tersebut diantaranya, SDI Parek di Desa Sano Nggoang, SMP Satap Cowanganak di Desa persiapan Nggoang, SDK Paku di Desa Golo Manting, SDK Cereng, SMP Muhammadiah Cereng dan SMP Ceremba di Desa Golo Sengang.
Infrastruktur kesehatan, yakni Pustu Leheng dan sejumlah tempat ibadah. Sedangkan pasar hanya ada di Werang pusat ibukota Kecamatan Sano Nggoang.
Tandu pasien ke Puskesmas
Fakta lain juga pernah terjadi, Pebruari tahun lalu. Seorang ibu hamil hendak partus terpaksa ditandu warga setempat menuju Puskesmas Werang, ibukota Kecamatan Sano Nggoang.
Ibu hamil itu bernama Maria Konsita Diana, seorang Guru Komite di SMP Muhammadiyah Cereng, warga RT/RW 03/03 Kampung Cereng, Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang.
Pasien terpaksa ditandu menggunakan kayu bambu dan kain karena tidak ada mobil angkutan. Menempuh perjalanan jauh puluhan kilometer. Menyusuri jalan berlumpur hingga menyeberang banjir yang meluap dari kali Wae Ose antara kampung Leheng dan kampung Ru’a, Desa Golo Manting.
Kondisi ruas jalan itu sungguh memprihatinkan. Peningkatan jalan lapen dari simpang Werang baru sampai di kampung Bokak Rangga, Desa Sano Nggoang. Sedangkan dari Bokak Rangga hingga kampung Cereng, Desa Golo Sengang belum pernah diaspal. Apalagi infrastruktur jembatan. Kini musim hujan, kondisi ruas jalan itu makin rusak parah, berlubang dan berlumpur.
Mulut manis wakil rakyat
Warga dan tokoh masyarakat setempat mengungkapan rasa kekecewaan mereka terhadap ketidakpekaan para wakil rakyat di lembaga DPRD Mabar Dapil 1.
Padahal, usia Kabupaten Manggarai Barat, kini 20 tahun. Empat Kali pemilu legislatif dan empat kali juga pilkada. Tetapi akselerasi pembangunan infrastruktur publik di kawasan itu, begitu-begitu saja.
Masyarakat di wilayah itu kerap kali merasa dibohongi oleh mulut manis sejumlah wakil rakyat terkait penyebaran informasi pembangunan jembatan Wae Jereng. Biasanya itu terjadi ketika menjelang gawe politik pemilu legislatif dan atau pilkada.
Saat konsolidasi politik jelang pemilu legislatif 2019, misalnya, para wakil rakyat itu datang memberikan informasi bahwa pada paruh kedua tahun 2019, deker jalan Wae Jereng akan selesai dibangun. Hanya dibangun deker karena kali Wae Jereng menurut mereka tak layak dibangun jembatan.
Walaupun menurut mata awam, Wae Jereng mestinya dibangun jembatan. Akan tetapi ketika dijanjikan deker masyarakat senang juga sebagai pertolongan minimal yang didapat masyarakat. Tetapi hingga saat ini kali Wae Jereng dan Wae Parek tak memiliki deker, apalagi jembatan. *(Robert Perkasa)