LABUAN BAJO, Indonesia terus menggenjot mengembangan energi bersih berbasis energi baru dan terbarukan untuk menggantikan bahan bakar berbasis fosil seperti mengembangkan bioetanol sebagai campuran pada BBM jenis bensin.
Salah satu bukti Indonesia serius mengatasi emisi karbon dan perubahan iklim, mengutip laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sepanjang tahun ini hingga Juli 2023, Indonesia berhasil menurunkan emisi karbon dan gas rumah kaca hingga 118 juta ton. Capaian tersebut mencapai 32,9 persen dari target penurunan emisi tahun ini sebesar 358 juta ton.
Menurut Direktur Bioenergi EBTKE Kementerian ESDM Edi Wibowo, guna mendukung keberlanjutan mandatori bioetanol, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden nomor 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
“Kita harapkan yang menyalurkan gasoline wajib mencampur bioetanol tadi dalam minyak bahan bakar bensinnya dengan campuran tadi bertahap lima persen dulu, kemudian nanti 10 persen dan seterusnya. Dan ini berlaku secara nasional,” ujarnya
Menurut Edi, bila Indonesia berhasil mengembangkan bioetanol sebagai campuran pada BBM jenis bensin, maka hal tersebut akan berdampak pada menurunnya impor produk BBM. Pasalnya konsumsi BBM jenis bensin pada 2022 saja telah mencapai 35,8 juta kilo liter (kl).
“Jadi lebih dari 60 persen atau sekitar hampir 22 juta kl itu masih impor. Kalau nanti kita gunakan bioetanol tadi semaksimal mungkin paling tidak bisa mengurangi yang 22 juta kl tadi,” kata Edi.
Berkaitan dengan itu, Dewan Energi Nasional (DEN) juga pernah mengusulkan pemberian insentif untuk mendukung pengembangan bioetanol di dalam negeri kepada Presiden Joko Widodo.
“Ini dilakukan agar pengembangan bioetanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa lebih kompetitif,” ujar Anggota DEN Satya Widya Yudha.
Satya menilai, terdapat beberapa pekerjaan rumah di Indonesia yang perlu segera dituntaskan untuk mendukung pengembagan bioetanol. Salah satunya seperti pungutan bea cukai untuk etanol fuel grade yang akan digunakan untuk campuran BBM dan itu tentunya selaras dengan rencana pengembangan bahan bakar hijau.
“Insyaallah kita akan laporkan ke Presiden Jokowi di dalam sidang anggota dan sidang paripurna Dewan Energi Nasional (DEN) untuk masalah ini,” ujar Satya.
Apalagi, Indonesia juga mempunyai target produksi bioetanol yang berasal dari tanaman tebu hingga 1,2 juta kilo (kl) per tahun pada 2030. Angka tersebut tertuang di dalam peta jalan yang menjadi amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
“Itu kita tahun 2030 menargetkan bioetanol sebesar 1,2 juta kl luar biasa kan cukup besar sekali,” tambahnya.
Editor : Chelz