INSIDEFLORES.ID- Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) melakukan penajaman masterplan dan rencana strategi bisnis destinasi Parapuar, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
BPOLBF melibatkan tim ahli masterplan dan tim ahli rencana strategi bisnis Parapuar membahas penajaman dan sinkronisasi substansi penyusunan Rencana Induk Kepariwisataan, Masterplan, Rencana Induk Arsitektur, dan Rencana Strategi Bisnis pada Area HPL seluas 129, 60 Hektar.
Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh mengatakan penajaman masterplan dan strategi bisnis destinasi Parapuar untuk mendukung visi keberlanjutan Etno-Eco-Edu-Culture dan pelestarian alam dalam pengembangan Kawasan Parapuar.
Menurut Frans, konsep keberlanjutan merupakan poin utama yang harus dimunculkan dan lebih dipertajam pada Masterplan dan Rencana Bisnis Parapuar, baik keberlanjutan dari segi budaya, kearifan lokal, lingkungan maupun korelasi ekonomi dan sosial yang berimplikasi secara teknis pada pengembangan.
“Masterplan Parapuar mengusung Konsep Etno-Eco-Edu-Culture dan Nature Conservation yang berbasis pola ruang Gendang One, Lingko Pe’ang” jelasnya, Senin (25/5).
Selain itu kata dia, Langgem Arsitektur juga mesti menampilkan kekhasan lokal dalam bentuk bangunan maupun desain arsitektur sehingga dapat menciptakan ruang yang merefleksikan keindahan dan identitas budaya 11 Kabupaten Koordinatif secara umum maupun budaya Manggarai secara khusus.
Filosofi “Gendang One Lingko Pe’ang” sendiri merupakan ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur.
Ruang ini secara umum mencakup lima bagian, yaitu Kampung (Beo Bate Elor/ Natas Bate Labar), Rumah Adat (Mbaru Bate Kaeng, Mbaru Gendang), Altar Persembahan (Compang Bate Takung) Kebun (Uma Bate Duat/ Lingko), dan Sumber Air (Wae Bate Teku).
Kelima unsur ini merupakan suatu kesatuan yang memberi makna bagi seluruh kehidupan masyarakat Manggarai.
Lebih lanjut, terkait dengan Rencana Induk Kepariwisataan BPOLBF, Frans menekankan bahwa pengembangan Parapuar harus mampu memberi distribusi pertumbuhan ekonomi pada 11 Kabupaten Koordinatif BPOLBF yang meliputi Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sika, Lembata, Alor, Flores Timur, dan 2 kecamatan di Bima Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Targetnya adalah pengembangan kawasan pariwisata Parapuar dan Labuan Bajo bisa memberikan distribusi ekonomi baik secara nasional maupun kedaerahan khususnya pada 11 Kabupaten Koordinatif BPOLBF” ungkap Frans.
Frans menegaskan menyampaikan Parapuar merupakan destinasi berbasis alam dan budayakarena itu menurut dia, Parapuar akan bergerak secara terukur ke kualitas wisata dan bukan pariwisata massa.
“Positioning pengembangan Parapuar dari segi rencana pengembangan dan model bisnis harus memiliki karakter unik dan berdaya jual tinggi sehingga Parapuar dapat memberikan pengalaman yang berbeda dari destinasi wisata yang sudah berkembang secara organik di Labuan Bajo Flores” pungkasnya.