INSIDEFLORES.ID– Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) memberikan penghargaan kepada tiga pelaku industri pariwisata di Labuan Bajo atas kontribusinya dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan, Jumat (27/10/2024) Puncak peringatan World Tourism Day (WTD) 2024.
Tiga pelaku industri di Labuan Bajo yang dianugerahi penghargaan sebagai “Sahabat Ekosistem Pariwisata” itu yakni Kado Bajo, Plataran Komodo, dan La Prima Hotel, atas kontribusi mereka dalam mendukung ekosistem pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif.
Kado Bajo mendapatkan penghargaan karena dinilai 90% produknya berasal dari UKM lokal melalui skema konsinyasi. Selain itu, Kado Bajo rutin mengadakan pertunjukan seni budaya seperti tarian Caci dan tarian khas Manggarai setiap minggu, serta aktif dalam kegiatan Corporate SocialResponsibility (CSR), termasuk menyediakan tempat sampah di beberapa titik di Labuan Bajo.
Sementara, La Prima Hotel mempekerjakan 100% SDM asli Manggarai Barat. Mereka berperan aktif dalam program penanaman pohon di sumber mata air Mbeliling dan program pengurangan stunting di Manggarai Barat. La Prima juga menerapkan konsep go green dengan mengurangi penggunaan plastik dan memberikan pelatihan serta sertifikasi kepada para pegawainya.’
Sedangkan Plataran Hotel memberikan donasi berupa bahan makanan di daerah pinggiran Manggarai Barat dan memberikan kursus bahasa Inggris gratis kepada siswa SMA dan SMK. Plataran juga berperan dalam konservasi lingkungan dengan menanam mangrove dan melakukan restorasi terumbu karang di sekitar pantai Labuan Bajo.
Dorong Pariwisata Berkelanjutan
Pelaksana Tugas Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh, menegaskan program Bapa Asuh merupakan wujud nyata dari pemberdayaan masyarakat lokal. Program ini diharapkan mampu memperkuat promosi produk-produk lokal dan menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan dalam ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif.
Skema “Bapa Asuh” yang diusung melalui Program Sahabat Ekosistem Pariwisata (SEP) atau Tourism Ecosystem Fellowship (TEF) dilatarbelakangi inisiatif dari perusahaan-perusahaan, seperti hotel dan restoran.
“Perusahaan ini, yang bertindak sebagai “Bapak Asuh,” memberikan dukungan kepada usaha kecil dan menengah (UKM) atau komunitas lokal, termasuk desa wisata. Inisiatif ini juga ditujukan untuk memberikan dampak positif pada lingkungan,” jelas Frans Teguh.
FRans juga menjelaskan tujuan utama dari program ini adalah untuk memperkuat komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan memberdayakan masyarakat lokal, dengan mendorong pembangunan rantai pasok yang mendukung keberlanjutan, daya saing, dan kualitas pariwisata kelas dunia.
BPOLBF menerapkan enam kriteria utama yang harus dipenuhi untuk mendapatkan predikat Sahabat Ekosistem Pariwisata, yaitu:
- Komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dalam praktik, seperti pengelolaan limbah, konservasi energi, dan perlindungan habitat.
- Dukungan terhadap komunitas lokal melalui pemberdayaan masyarakat, kemitraan dengan UKM, penggunaan bahan lokal, dan kontribusi terhadap pengembangan ekonomi lokal.
- Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui program pelatihan dan bimbingan teknis.
- Pengalaman dan rekam jejak yang baik, dengan umpan balik positif dari mitra dan komunitas lokal.
- Rencana jangka panjang yang jelas untuk mendukung pariwisata berkelanjutan di Labuan Bajo.
- Dampak positif terhadap ekonomi lokal, lingkungan, sosial, dan pelestarian budaya.
“Sebagai bagian dari tanggung jawab mereka, para “Bapak Asuh” juga membantu mempromosikan dan menggunakan produk dari “Anak Asuh,” menciptakan ekosistem bisnis yang mendukung pariwisata dan ekonomi kreatif secara berkelanjutan,” jelas Frans Teguh.
Pemberian penghargaan ini menjadi pengingat bagi industri pariwisata untuk terus berperan aktif dalam menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat lokal, sejalan dengan konsep pariwisata berkelanjutan yang tengah dikembangkan di Labuan Bajo. ***
Editor : Chellz