INSIDEFLORES.ID- Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) mengelar temu lintas komunitas di Gereja katolik Paroki Rekas, Desa Kempo, Kecamatan Sanonggoang Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Temu lintas komunitas itu berlangsung dua hari (13-14/17/2024) dengan menghadirkan Dewan Paroki Rekas, Tokoh masyarakat, pengiat wisata hingga pelaku UMKM.

Temu Komunitas tersebut merupakan bagian dari upaya memajukan pariwisata, khususnya wisata religi Katolik di Flores.

Gereja Katolik yang telah berusia satu abad itu dipilih karena memiliki sejarah panjang terkait penyebaran agama katolik di wilayah flores barat, Keuskupan Ruteng dan telah ditetapkan menjadi salah satu situs wisata religi oleh Bupati Manggarai Barat pada tahun 2019 silam.

Selain penyebaran agama Katolik, juga dilakukan misi pendidikan dimana pada tahun 1921 seorang misionaris Eropa membangun sebuah sekolah dasar, yaitu SDK Rekas 1 yang saat ini merupakan salah satu sekolah tertua di Manggarai Barat. Pada tahun 2024 ini sekolah yang dikelola oleh Yayasan Sukma Keuskupan Ruteng tersebut telah berusia lebih dari seabad.

Potensi Ekraf

Kampung Rekas juga memiliki potensi pengembangan ekonomi kreatif (ekraf). Banyak produk ekraf yang dikembangkan sejak lama seperti Gerabah Compang (kerajinan tangan dari tanah liat), Tenun, Anyaman Topi Re’a, Anyaman Pandan, dan berbagai produk ekraf lainnya yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar Paroki Rekas.

Selain itu keberadaan Pasar Tradisional menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat menyebutnya “Pasar senggol”, hanya dibuka satu kali dalam seminggu tepatnya setiap hari Rabu. Pasar yang berusia puluhan tahun itu diramaikan dengan produk ekraf serta hasil kekayaan alam seperti umbi umbian, sayur sayuran, buah, minuman khas tuak, dan masih banyak lagi.

Begitupun potensi gastronomi, Rekas juga memiliki makanan yang berasal dari pangan lokal seperti umbi-umbian. Makanan songkol misalnya, berbahan dasar singkong parut dan dicampur dengan hasil parutan kelapa dan dikukus dalam bambu menggunakan api dari kayu bakar.

Ada juga Bobo, yaitu masakan dari berbagai jenis daging atau ikan yang diolah dengan menggunakan bumbu tradisional dan dimasukan dalam bambu dan didekatkan dengan bara api selama hampir 4 jam. Selebihnya makanan olahan keripik dari ubi ubian dan pisang.

Dalam kunjungan ini, BPOLBF juga melakukan pelayanan Koor dan Liturgi di Paroki Gereja Katolik St. Maria Penghibur Orang Berduka Cita, Desa Rekas pada Minggu (14/07/2024).***

 

Editor : Chellz