INSIDEFLORES.ID – Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi akan menjadikan pariwisata Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata inklusif, berwawasan lingkungan dan berkeadilan sosial. Pariwisata yang inklusif, ekologi dan berkeadilan sosial ini merupakan bagian dari tiga esensi dasar Festival Golo Koe Assumpta Nusantara 2023, yang digelar pada 10-15 Agustus 2023 di Kawasan Marina Waterfront City Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Pariwisata yang hendak digolkan adalah pariwisata yang inklusif, yang kedepankan lingkungan yang berkeadilan sosial. Ini adalah gol akhir dari pembangunan pariwisata yang ada di Labuan Bajo ini” Kata Edi Endi, usai pembukaan Festival Golo Koe di Waterfront Labuan bajo, Kamis, (10/08/2023).
Bupati Edi Endi menjadikan pengelolaan pariwisata di Betawi dan Bali sebagai referensi dalam membangun dan mengembangkan pariwisata di Labuan Bajo. “Dan kami lebih cenderung menjadikan Bali sebagai potret yang baik untuk dijadikan sebagai referensi,” lanjut Edi Endi.
Menurut Edi Endi, industri pariwisata di Bali bertumbuh dan berembang luar biasa. Masyarakatnya kemudian menjadi sejahtera. Ia menegaskan dengan mendesign sistem yang mapan, kemajuan pariwisata Labuan Bajo akan benar-benar dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian masyarakat yang sejahtera, berkeadilan dan berkelanjutan akan terwujud.
“Berkaca dari pengelolaan industri pariwisata di Bali itu, maka di tengah kemajuan industri pariwisata di Labuan Bajo, yang harus kita wujudkan adalah design sistem yang mapan,” jelasnya.
Baca Juga : Festival Golo Koe Wujudkan Pariwisata Inklusif
Esensi lainya dari Festival Golo Koe menurut ketua DPD NasDem Kabupaten Manggarai Barat ini adalah perspektif rohani. Dimana Bunda Maria sebagai tokoh sentral. Bunda dari semua orang. Seorang ibu yang selalu mengayomi dengan penuh cinta kasih, tanpa membeda-bedakan.
“Kebetulan bersamaan dengan HUT RI, kita mempererat tali persatuan dan kesatuan Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Indonesia tetap Indonesia,” tegasnya.
Esensi yang tidak kalah penting menurut Edi adalah pengembangan sektor ekonomi kreatif. Dalam rangka festival Golo Koe 2023, sedikitnya ada 152 UMKM yang sedang memasarkan seluruh hasil kreatifitasnya.
Menurut Edi, pada pelaksanaan festival Golo Koe tahun 2022 lalu, perputaran uang cukup banyak. Angkanya bahkan sangat fantastis, bisa mencapai angka puluhan miliyar rupiah.
“Belajar dari pengalaman ini, maka gereja dan pemerintah mencoba mendesign bagaimana membina UMKM. Karena di era ini, UMKM punya peran yang cukup signifikan dalam mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Festival Golo Koe Maria Assumpta Nusantara tahun ini diikuti oleh 1.500 peserta dari 86 komunitas dan lembaga di Keuskupan Ruteng. Selain itu, sebanyak 152 UMKM lintas agama dan komintas juga turut berpartisipasi dalam gelaran festival religi Katolik ini.
Ketua Umum Festival Golo Koe 2023, Yulianus Weng menjelaskan Festival Golo Koe akan didorong masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sehingga promosi untuk event ini bisa sampai ke skala yang lebih luas.
“Festival Golo Koe sudah kami koordinasikan dengan Kementerian Parekraf dan direncanakan tahun depan event ini bisa masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN) sehingga promosi untuk event ini bisa sampai ke skala yang lebih luas”, ungkap Weng.
Sementara itu, Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng, Romo Martin Chen, Pr., menilai Gelaran Festival Golokoe 2023 memberi dampak bagi pergerakan ekonomi melalui keterlibatan UMKM, okupansi hotel, pasar kuliner, transportasi, hingga jasa lainnya di Labuan Bajo.
“Pada penyelenggaraan Festival Golo Koe tahun sebelumnya masyarakat memperoleh manfaat melalui penjualan hasil tani seperti sayur dan buah-buahan organik dalam skala besar. Selain itu, ada juga dampak kultural khususnya bagi anak-anak untuk mengenal lebih luas lagi budaya Manggarai. Lebih dari itu semua adalah dampak persaudaraan dan persatuan bagi umat”, jelas Romo Martin Chen.
Penyelenggaraan Festival Golo Koe Maria Assumpta Nusantara merupakann ivent tahunan yang diprakarsai Keuskupan Ruteng bersama Pemkab Manggarai Barat, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).