INSIDEFLORES- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI dorong penerapan green tourism (pariwisata hijau) dan penurunan emisi karbon di sektor pariwisata Indonesia, termasuk destinasi Labuan Bajo yang merupakan satu dari lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Frans Teguh, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf yang saat ini juga menjabat Plt Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) saat pemaparan materi dalam kegiatan Floratama Executive Learning day 2 di Zasgo Hotel Labuan Bajo, Rabu 6 Maret 2024.

“Saat ini kami bekerjasama dengan Bappenas dan DJPPI KLHK untuk pengendalian emisi karbon terutama karena konsep pengembangan pariwisata Labuan Bajo mengacu pada nilai-nilai keberlanjutan, sehingga penting sekali dalam pengembangannya kita perlu memperhatikan bagaimana model pembangunan yang terencana dari hulu ke hilir yang memikirkan sampai pada proses akhir sistem pembuangan dan pengolahan limbah, penggunaan listrik, hingga proses pengolahan pangan” jelas Frans.

Pada kesempatan itu, Frans menyampaikan 4 pilar yang fokus diterapkan Kemenparekraf dalam pengembangan green tourism, yaitu pengelolaan berkelanjutan (bisnis pariwisata), ekonomi berkelanjutan (sosio ekonomi) jangka panjang, keberlanjutan budaya (sustainable culture) yang harus selalu dikembangkan dan dijaga, serta aspek lingkungan (environment sustainability).

Sementara Professor and Chairman, Institute for Sustainable Earth and Resources (I-SER), Universitas Indonesia, Jatna Supriatna, yang turunt menjadi pembicara pada Floratama Learning Center day 2 menegaskan potensi wisata alam NTT, Konservasi Biodiversitas dan Destinasi Wisata, Ekowisata, ekonomi hijau dan biru, daya tampung dan daya dukung, LAC dan carbon footprint, zero waste dan circularity (konsep 3R) harus menjadi konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan di Flores.

“Konsep pengembangan inilah yang menjadi poin utama yang dilakukan semua pihak baik pemerintah maupun para stakeholder di industri pariwisata dan ekraf, para tokoh adat dan budayawan di pulau Flores ini untuk mengawal masa depan pariwisata Flores jangka panjangnya agar tetap lebih layak dalam memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat lokal” jelas Jatna.

Diketahui, Green Tourism merupakan wujud konsep pariwisata berkelanjutan dan ekowisata yang bisa meminimalkan dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan.

menurutnya ini adalah pendekatan holistik yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan pengembangan pariwisata dan pelestarian lingkungan hidup.

Sedang, Provinsi NTT sendiri memiliki potensi keanekaragaman dan kontur alam dan budaya yang luar biasa yang bisa dimanfaatkan untuk aktivitas pariwisata terutama ekowisata, yang kedepannya diharapkan mendatangkan wisatawan yang memiliki kesadaran dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. ****

Editor : Chellz