LABUAN BAJO | Insideflores.id |
Septiani Ristela Suhardi (6 tahun). Bocah perempuan berasal dari Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Seharusnya anak ini masuk SD pada Juli 2022 lalu. Namun itu belum terwujud akibat menderita leukimia limfoblastik akut. Sejak Juli 2022 hingga kini, Septiani tengah menjalani pengobatan intensif di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.
Satu-satunya yang bisa dilakukan untuk menyembuhkannya adalah kemoterapi. Namun kedua orangtuanya mengalami keterbatasan finansial untuk itu.
BACA JUGA: Hendak Lerai Tawuran Pemuda Asal Manggarai Timur Tewas Dikeroyok
Uang yang mereka siapkan telah habis terpakai sejak awal proses pemeriksaan sampai kemoterapi tahap pertama selama tujuh kali. Mereka masih membutuhkan biaya untuk kemoterapi tahap kedua.
Saat ini mereka sangat membutuhkan bantuan dana dari siapa saja. Total biaya yang dibutuhkan saat menjalani kemoterapi selama dua tahun sebanyak Rp 65.000.000.
Selain biaya pengobatan, biaya kos (tempat tinggal) dan biaya kebutuhan hidup mereka di Bali serta biaya transportasi pergi-pulang Labuan Bajo-Bali.
BACA JUGA: Selain Edukasi Sampah, Para Pelajar Bersama IFG Bersih Sampah di Labuan Bajo
Ibu anak ini seorang PNS. Namun kini terpaksa cuti dari pekerjaannya demi merawat anaknya di Bali. Sementara ayahnya, Rofinus Suhardi, seorang pegawai swasta yang juga meninggalkan pekerjaannya sejak anaknya dirujuk ke Bali.
Riwayat penyakit
Suhardi mengisahkan bahwa pada Juni tahun 2022, anaknya mengeluh sakit demam. Namun saat dibawa ke Puskesmas Labuan Bajo, wajahnya mulai pucat. Saat itu, petugas medis menyarankan untuk cek darah lengkap.
“Hasil pemeriksaan medis di Puskesmas, secara umum mengalami perubahan drastis. Anak ini cepat lelah dan tidak beraktifitas di luar rumah karena cepat drop. Wajahnya semakin pucat dan rambut sudah mulai rontok”, kisah Suhardi.
BACA JUGA: Pulau Rinca Kini Kembali Dibuka Untuk Kunjungan Wisatawan
Dari Puskesmas Labuan Bajo, Septiani kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Komodo. Dirawat intensif (rawat inap) karena Dokter harus melakukan observasi terkait hasil tes darah. Selama perawatan, dilakukan pendonoran darah karena mengalami penurunan HB secara tidak teratur.
Setelah tiga hari perawatan di RSUD Komodo, Dokter menyarankan untuk dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar, Bali untuk dicek lebih lengkap karena ada indikasi kelainan darah.
“Dokter mengijinkan anak kami untuk pulang ke rumah. Namun selang satu hari kemudian kondisinya memburuk lagi. Kondisi fisik luar memang kelihatan pucat dan cepat lelah”, kata Suhardi.
Dirujuk ke Bali
Mendapat perawatan/pemeriksaan lengkap, Dokter RSUP Sanglah memvonis Septiani menderita Leukimia Limfoblastik akut. Karena itu, satu-satunya yang bisa dilakukan untuk menyembuhkannya adalah kemoterapi.
Proses kemoterapi dilaksanakan selama dua tahun sesuai dengan prosedur yang disarankan dokter. Prosedur kemoterapi ini dilakukan tiap dua minggu pada enam bulan pertama.
Sementara ini kemoterapi tahap pertama sudah dijalani. Mulai Oktober, kemoterapi tahap kedua dan disertai pembelian obat pendukung untuk proses penyembuhannya.
“Adapun kondisi anak kami sejak awal kemoterapi sampai sekarang mengalami perubahan pada tubuhnya. Berat badan naik sangat drastis, dan akhir-akhir ini rambutnya sudah mulai rontok. Selain itu, kondisi HB dan trombosit selalu menurun. Ini yang membuat anak kami selalu melakukan transfusi trombosit setiap kali di kemoterapi”, ujar Suhardi.
Selama proses kemoterapi, ayah anak ini harus bolak balik Labuan Bajo-Bali. Mencari uang untuk biaya pengobatan anaknya. *(Robert Perkasa)