Oleh : Sabina Novilia Rosi  – Inalomen8@gmail.com

 

Menilai perempuan dari penampilannya adalah suatu praktik yang sangat merugikan dan dapat berdampak negatif pada kepercayaan diri serta kualitas hidup perempuan. Dalam masyarakat, standar kecantikan yang terkonstruksi hanya menilai kecantikan dari luar, sehingga melupakan aspek kecantikan yang lebih dalam dan lebih luas.

Hal ini dapat mempengaruhi persepsi kecantikan remaja perempuan, membuat mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah dan persepsi diri yang lebih negatif terkait penampilan perempuan juga diidentikan sebagai tubuh, menegaskan bahwa perempuan sebagai hiasan utama. Hal ini memperkuat bahwa perempuan diidentikan sebagai objek, menegaskan bahwa perempuan sebagai hiasan utama.

Perempuan dan kecantikan merupakan suatu kesatuan yang identik. Kecantikan sebagai sifat feminin sebenarnya telah berakar kuat dalam sistem sosial yang lebih luas dan terprogram secara Standar kecantikan yang berbeda-beda di setiap negara, tak terkecuali di Indonesia, dapat mempengaruhi kepercayaan diri perempuan.

Perempuan Indonesia telah lama terjerembap dalam stigma tentang standar kecantikan, di mana sebagian besar dari mereka menilai bahwa “cantik” hanya bisa dianugerahkan kepada perempuan yang berkulit putih, kurus, langsing, dan tinggi Dalam ajaran agama, perempuan diperlakukan dengan cara tidak wajar, sebab mereka tidak mengenali kadar kesucian dirinya dan kerap kali kita dapatkan perempuan yang tidak menyadari tugas dan tanggungjawabnya (peran dan fungsinya) bangsa, dan negara. Hal ini menjadi sangat urgen untuk dibahas dan diteliti.

Dalam keseluruhan, menilai perempuan dari penampilannya adalah suatu praktik yang dapat berdampak negatif pada kepercayaan diri serta kualitas hidup perempuan. Perempuan harus dilihat sebagai individu yang lebih luas dan lebih dalam, tidak hanya dari segi fisiknya. Perempuan harus diperlakukan dengan hormat dan kesetaraan, serta diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi dalam masyarakat. Terdapat banyak aspek yang merangkum pada hal-hal tertentu antara lain ialah

  • Trend Budaya dan Media

Sejak bertahun-tahun, media massa dan budaya populer telah menjadi sumber utama dalam membentuk persepsi masyarakat tentang kecantikan dan nilai perempuan. Dari majalah mode hingga iklan televisi, standar kecantikan yang seringkali tidak realistis dipromosikan secara agresif. Hal ini menciptakan tekanan yang besar bagi perempuan untuk mencapai ideal kecantikan yang tidak masuk akal, yang pada gilirannya memicu penilaian yang keras dan seringkali tidak adil terhadap penampilan mereka

  • Studi Psikologis

Penelitian psikologis telah secara konsisten menunjukkan dampak negatif dari penilaian berdasarkan penampilan terhadap kesejahteraan mental dan emosional perempuan. Body shaming, body image issues, dan rendahnya rasa percaya diri sering kali merupakan hasil langsung dari penilaian yang berfokus pada penampilan fisik. Dalam masyarakat yang terus menerus menilai nilai seorang perempuan berdasarkan penampilannya, konsekuensinya bisa sangat merusak dan membatasi perkembangan pribadi serta profesional mereka.

  • Pentingnya Kesetaraan Gender

Penting untuk mengatasi stereotip gender yang membatasi dan memperlakukan perempuan secara berbeda dalam hal penilaian atas prestasi dan karakter. Mendorong kesetaraan dalam penilaian adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Kita harus memperjuangkan hak perempuan untuk dinilai berdasarkan kapasitas, prestasi, dan karakter mereka, bukan sekadar penampilan fisik mereka.

  • Perubahan Sosial

Tren perubahan sosial menuju kesadaran yang lebih besar tentang keberagaman dan inklusi telah menjadi pusat perhatian dalam beberapa dekade terakhir. Semakin banyak orang menyadari pentingnya menghargai keberagaman dan menghentikan stereotip gender yang merugikan. Melalui gerakan sosial, kampanye, dan pendidikan, semakin banyak orang mulai mengadopsi pandangan yang lebih inklusif dalam menilai perempuan dan orang lain.

  • Urgensi Kesetaraan Gender

era ini, di mana kesetaraan gender menjadi fokus perhatian global, penting untuk terus mendorong perubahan dalam cara kita menilai perempuan.

Kesetaraan tidak hanya masalah hak, tetapi juga masalah martabat manusia. Kita harus memberdayakan perempuan untuk dihargai dan diakui atas prestasi, kemampuan, dan kontribusi mereka dalam berbagai bidang, tanpa diskriminasi berdasarkan penampilan mereka.Dengan memahami latar belakang ini, kita dapat lebih menyadari urgensi untuk menghentikan penilaian berdasarkan penampilan terhadap perempuan dan menilai perempuan dari penampilannya adalah perilaku yang tidak hanya tidak adil, tetapi juga dapat berbahaya dan mempengaruhi psikologis perempuan.

Penilaian seperti ini dapat mengarah pada kecemburuan, kepekaan, dan kehilangan identitas diri. Perempuan harus diperbolehkan untuk berani menyuarakan pendapat dan opininya sendiri tanpa adanya tekanan dari luar, serta memiliki hak untuk mengatakan kebenaran mengenai pengalaman hidupnya mendorong budaya yang lebih inklusif dan adil bagi semua individu.

Perempuan harus diperbolehkan untuk berani menyuarakan pendapat dan opininya sendiri tanpa adanya tekanan dari luar, serta memiliki hak untuk mengatakan kebenaran mengenai pengalaman hidupnya.  Mereka juga harus diperbolehkan untuk memiliki kekuatan dan menggunakan kehendaknya untuk menolak kekuasaan yang melawan, serta memiliki hak untuk memiliki kemapaman finansial dan berpartisipasi dalam keputusan yang memengaruhi banyak orang di sekitarnya.

Perempuan tidak hanya harus diperbolehkan untuk memiliki kebebasan berpendapat dan menyatakan opini mereka sendiri, tetapi juga harus diperbolehkan untuk memiliki kualitas tinggi secara dan visual, serta memiliki hak untuk menjadi pribadi yang memiliki kualitas tinggi.

Penilaian berdasarkan penampilan dapat menyebabkan dampak negatif yang besar pada kesejahteraan psikologis dan emosional perempuan. Misalnya, body shaming bisa membuat mereka merasa tidak aman dengan tubuhnya sendiri dan mengalami masalah citra tubuh yang merugikan. Hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri mereka dan memicu masalah emosional seperti depresi dan kecemasan.

Selain itu, tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis juga dapat meningkatkan risiko gangguan makan dan masalah kesehatan lainya. Mereka mungkin merasa tidak puas dengan penampilan fisik mereka dan terus-menerus membandingkan diri dengan standar kecantikan yang tidak realistis. Hal ini dapat menyebabkan body image issue seperti perasaan tidak puas, kecemasan, dan ketidakpercayaan diri. Rendahnya rasa percaya diri dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan sosial, karier, dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.

Ketika perempuan merasa terus-menerus dinilai berdasarkan penampilan fisik mereka, hal ini bisa membuat mereka meragukan nilai dan potensi diri mereka sendiri. Rendahnya rasa percaya diri ini dapat menghambat kemampuan untuk mencapai tujuan, mengambil risiko, dan menghadapi tantangan dalam kehidupan. Hal ini juga dapat memengaruhi kesejahteraan mental secara keseluruhan, meningkatkan risiko masalah seperti depresi dan kecemasan.

Pentingnya tidak menilai perempuan berdasarkan penampilan fisiknya, menyoroti bagaimana opini dan persepsi masyarakat tentang perempuan sering dipengaruhi oleh penampilan fisik mereka. Hal ini dapat mengakibatkan penilaian yang tidak adil dan tidak akurat terhadap karakter dan kemampuan mereka. perlunya melampaui penampilan fisik dan fokus pada kualitas batin dan prestasi perempuan.

Berbagai penelitian yang mendukung gagasan bahwa penampilan fisik bukanlah indikator yang dapat diandalkan untuk mengukur kecerdasan, karakter, atau kemampuan seseorang.Dan ekspektasi masyarakat dan standar kecantikan dapat menciptakan harapan yang tidak realistis dan tidak sehat bagi perempuan, yang dapat berdampak negatif pada harga diri dan kesehatan mental mereka Pentingnya menghargai individualisme tidak bisa diremehkan dalam masyarakat yang semakin kompleks ini.

Setiap individu memiliki cerita, pengalaman, dan pandangan dunia yang unik, yang ketika diakui dan dihargai, memperkaya keberagaman dan kekayaan budaya kita. Menghargai keberagaman dan keunikan tidak hanya menciptakan lingkungan yang inklusif, tetapi juga mempromosikan pengertian yang lebih dalam tentang berbagai perspektif dan pengalaman hidup. Khusunya dalam konteks perempuan, penekanan pada nilai yang lebih dari sekadar penampilan fisiknya adalah krusial.

Ketika kita menekankan bahwa nilai seorang perempuan tidak hanya terletak pada penampilannya, kita membuka jalan bagi penghargaan yang lebih luas terhadap kualitas batin, prestasi, dan kontribusi mereka dalam berbagai bidang kehidupan. Ini bukan hanya masalah kesetaraan gender, tetapi juga tentang menghargai keberagaman individu dalam segala aspek kehidupan.

Pentingnya penilaian berdasarkan prestasi dan karakter sangatlah vital dalam mendorong perempuan untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Ketika perempuan dinilai berdasarkan prestasi dan karakter, mereka tidak hanya diakui atas kemampuan dan dedikasi mereka, tetapi juga diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara profesional dan pribadi.

Dalam lingkungan di mana penilaian berdasarkan prestasi dan karakter didorong, perempuan merasa didorong untuk mengejar tujuan mereka dengan tekad dan keberanian. Mereka tidak terbatas oleh stereotip atau ekspektasi yang tidak realistis tentang penampilan fisik mereka, melainkan diperhitungkan berdasarkan kontribusi mereka dalam berbagai bidang.

Penilaian yang adil dan berdasarkan prestasi dan karakter juga menciptakan lingkungan yang inklusif di mana perempuan merasa dihargai dan didukung. Ini mendorong mereka untuk meningkatkan keterampilan, belajar dari pengalaman, dan menjadi pemimpin dalam bidang mereka masing-masing. Dengan demikian, penilaian yang berfokus pada prestasi dan karakter bukan hanya menguntungkan perempuan secara individu, tetapi juga memberikan kontribusi positif pada perkembangan masyarakat. Kita perlu berhenti menilai perempuan dari penampilannya karena penampilan hanya sebagian kecil dari identitas dan nilai seseorang.

Saat kita memandang perempuan hanya dari segi penampilan, kita melewatkan kesempatan untuk menghargai kecerdasan, keberanian, dan kontribusi yang mereka bawa ke dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini juga memperkuat stereotip dan ekspektasi yang tidak realistis terhadap perempuan, serta dapat merusak rasa percaya diri dan kesejahteraan mental mereka.

Sebagai gantinya, mari hargai perempuan atas kualitas dan prestasi mereka, bukan sekadar penampilan fisik mereka. Menilai perempuan dari penampilannya dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap karier, kesehatan, dan citra diri perempuan. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat terjadi antara lain;

Pengaruh Terhadap Karier

Penampilan dapat mempengaruhi karier perempuan, terutama pada tahap awal melamar kerja Hal ini dapat mengarah pada diskriminasi dan penghambatan perempuan dalam mengembangkan karier mereka. Dampak negatif ekspektasi masyarakat terhadap karier seorang perempuan terlihat dari cara ia menampilkan diri.

Hal ini karena ekspektasi masyarakat sering kali mengharuskan seorang perempuan untuk tampil menarik secara fisik, sehingga hal ini dapat menyebabkan fokus pada penampilan fisik dibandingkan pengembangan profesionalnya. Misalnya, seorang wanita mungkin merasa tertekan untuk berpakaian menarik dan menggunakan riasan untuk mempercantik penampilannya, karena penampilan fisiknya sering kali menjadi hal pertama yang diperhatikan orang tentang dirinya.

Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan masyarakat dapat berdampak negatif terhadap karier seorang wanita karena mengalihkan perhatiannya dari tujuan profesionalnya dan menyebabkan dia berfokus pada penampilan fisiknya, bukan pada keterampilan dan kemampuannya.

Selain itu, ekspektasi masyarakat juga dapat mengarah pada objektifikasi diri, dimana seorang wanita menginternalisasikan standar kecantikan masyarakat dan memandang dirinya sebagai objek untuk dinilai oleh orang lain.Hal ini dapat menyebabkan hilangnya harga diri dan perasaan tidak mampu, karena seorang wanita mungkin merasa bahwa dia tidak memenuhi standar kecantikan masyarakat.

Selain itu, ekspektasi masyarakat juga dapat menyebabkan fokus pada penampilan fisik dibandingkan aspek lain kehidupan seorang wanita, seperti karier, hubungan, dan kesejahteraannya secara keseluruhan.

Dampak Terhadap Kesehatan

Standar kecantikan yang tidak realistis dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan mental. Perempuan yang mengalami perundungan cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah dan persepsi diri yang lebih negatif terkait penampilan.

Perempuan yang terlalu fokus pada penampilan tubuhnya dapat mengalami dampak negatif pada kesehatan mental dan fisiknya. Dampak negatif ini dapat berupa:

  • Insecure dan self-consciousness: Perempuan yang terlalu fokus pada penampilan tubuhnya dapat menjadi insecure dan self-consciousness, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisiknya.
  • Kurang percaya diri: Perempuan yang tidak puas dengan penampilan tubuhnya dapat mengalami kurang percaya diri, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan sosialnya.
  • Gangguan makan: Perempuan yang mengalami krisis kepercayaan diri dengan tubuhnya dapat mengalami gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia, yang dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya.
  • Objektifikasi diri: Perempuan yang terus menerus memperhatikan penampilannya dan berusaha untuk selalu tampil sempurna dapat mengalami objektifikasi diri, yang dapat mengganggu kepercayaan diri dan kesehatan mentalnya.
  • Toksik positivity: Gerakan kepositifan tubuh yang berlebihan dapat berdam
  • pak negatif pada penonton, membuat mereka merasa gagal jika tidak dapat mencapai kepercayaan diri.

Dampak Terhadap Citra Diri

Body shaming dapat menimbulkan dampak negatif pada citra diri remaja perempuan, seperti merasa rendah diri, merasa tidak aman, malu, dan tertekan. Hal ini dapat mengarah pada penurunan self confidence dan pengalaman stres. Perempuan yang mengalami penamipanya, secara signifikan mempengaruhi persepsi kecantikan remaja perempuan. Yang mengalami perundungan cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah, persepsi diri yang lebih negatif terkait penampilan, dan lebih mungkin merasa tertekan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis.

Hal ini menegaskan pentingnya kesadaran tentang dampak perundungan terhadap remaja perempuan dan perlunya upaya untuk mengatasi perundungan dan mengedukasi masyarakat tentang keragaman kecantikan.Perempuan juga mudah terpengaruh oleh bagaimana persepsi orang lain terhadap dirinya, menarik diri dari lingkungan sosial, hingga merasakan tekanan secara terus-menerus.

Munculnya citra tubuh negatif pada diri individu sangat dipengaruhi oleh perbandingan sosial: proses individu membandingkan dirinya dengan orang lain yang dianggap sebagai pembanding yang realistis. Perempuan yang mengalami body shaming dapat memiliki citra diri yang negatif, merasa tidak percaya diri atas bentuk fisik dan penampilan dirinya, membuat ia merasa takut dan khawatir dalam mengekspresikan dirinya. Hal ini dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional dan sosial seseorang, serta dapat menghambat seseorang dalam berinteraksi sosial, mengambil inisiatif, juga mencapai tujuan karena ketidakpercayaan pada diri sendiri.

Dalam beberapa kasus, perempuan yang mengalami body shaming dapat memiliki motivasi untuk terus berjuang, mereka akan mencoba berbagai cara untuk membuat diri mereka menjadi lebih baik. Dan tidak jarang mereka yang tengah berjuang justru menerima kritikan tajam dari orang lain melalui komentar di media sosial.

Di beberapa negara, standar kecantikan wanita Jepang adalah memiliki gigi gingsul. gigi gingsul atau taring yang mencuat keluar saat tersenyum merupakan gambaran wanita yang polos dan imut. Orang Jepang percaya bahwa gigi gingsul adalah simbol kecantikan alami dan masa muda. Tandar kecantikan negara Myanmar. Bagi orang Kayan yang tinggal di Myanmar, leher panjang dianggap sebagai simbol kesejahteraan dan kecantikan. Itulah sebabnya gadis-gadis lokal memakai kalung kuningan di leher mereka sejak usia 5 tahun.

Gadis Myanmar memasangkan 6 cincin di leher mereka dan kemudian bertambah satu setiap tahun. Gadis Myanmar akan berhenti menambahkannya setelah. Dalam beberapa penelitian, hasil menunjukan bahwa responden yang memiliki citra tubuh negatif lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki citra tubuh positif. Memang penggunaan media sosial menjadikan salah satu faktor yang mempengaruhi citra tubuh pada remajakhususnya perempuan. Hal ini terjadi karena remaja perempuan seringkali secara sadar atau tidak sadar melakukan aktivitas perbandingan antara penampilan mereka dengan penampilan pengguna media sosial lainya

  • Dampak Terhadap Kualitas Hubungan

Menilai perempuan dari penampilannya dapat mengarah pada hubungan yang tidak seimbang dan tidak sehat. Hal ini dapat mengarah pada kepercayaan yang tidak seimbang dan penghambatan perempuan dalam mengembangkan hubungan yang sehat. Dampak negatif perempuan terhadap kualitas hubungan ketika dilihat dari penampilanya dapat berupa:

  • Terlalu bucin pada pasangan: Menurunnya kualitas hubungan paradoksnya, terlalu bucin pada pasangan sebenarnya dapat merusak kualitas hubungan kita. Ketika kita memberikan terlalu banyak perhatian dan kepedulian pada pasangan, kita cenderung mengabaikan kebutuhan mereka untuk ruang pribadi dan kemandirian.
  • Dampak media sosial: Media sosial memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, media sosial juga mempunyai dampak, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif media sosial dapat berupa pengaruh negatif terhadap keutuhan rumah tangga
  • Dampak perempuan bekerja: Perempuan bekerja dapat membantu meringankan beban suami dalam mencari nafkah, dapat mensejahterakan keluarga serta dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Namun, dampak negatifnya adalah kurangnya waktu terhadap keluarga
  • Dampak standar kecantikan: Perempuan yang mengalami perundungan cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah, persepsi diri yang lebih negatif terkait penampilan, dan lebih mungkin merasa tertekan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis
  • Dampak wanita karier: Dampak positif dari wanita karier meliputi perempuan bisa membantu meringankan beban keluarga, perempuan dapat memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga, dan perempuan dapat menghadapi kemelut rumah tangganya. Namun, dampak negatifnya meliputi berpengaruh pada pembinaan dan pendidikan anak-anak, istri yang bekerja diluar rumah setelah pulang dari kerjanya pasti merasa capek, dan kadang-kadang rumah tangganya berantakan. Dalam beberapa kasus, perempuan dapat memiliki dampak negatif terhadap kualitas hubungan ketika dilihat dari penamipanya, seperti terlalu bucin pada pasangan, dampak media sosial, dampak perempuan bekerja, dampak standar kecantikan, dan dampak wanita karier.
  • Dampak Terhadap Masyarakat: Standar kecantikan yang tidak realistis dapat menimbulkan dampak negatif pada masyarakat, seperti meningkatkan tekanan sosial dan meningkatkan kesadaran yang salah terhadap kecantikan. Hal ini dapat mengarah pada masyarakat yang tidak seimbang dan tidak sehat

Dampak negatif perempuan terhadap masyarakat 

  • Kekerasan terhadap perempuan: Patriarki, budaya yang memprioritaskan laki-laki, memberikan dampak kekerasan terhadap perempuan karena posisi sosial laki-laki yang lebih tinggi daripada perempuan
  • Beban ganda: Perempuan seringkali menerima beban pekerjaan yang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kesetaraan gender
  • Standar kecantikan: Perempuan sering diharuskan memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis, yang dapat mempengaruhi persepsi diri dan kepercayaan diri, serta mempengaruhi kesejahteraan emosional dan sosial
  • Kurang percaya diri: Perempuan yang tidak memenuhi standar kecantikan dapat mengalami kurang percaya diri, yang dapat menghambat berinteraksi sosial, mengambil inisiatif, dan mencapai tujuan
  • Dampak pada kehidupan: Perempuan yang bekerja dapat mengalami tugas yang lebih berat, termasuk mengurus rumah tangga, yang dapat menimbulkan masalah dan dipersalahkan ketika anak-anak mereka prestasi belajarnya menurun
  • Pengaruh budaya: Perempuan yang tidak memenuhi standar kecantikan dapat mengalami tekanan sosial, yang dapat mempengaruhi ideologi, pemikiran, serta peran yang selama ini dijalaninya
  • Keterlibatan dalam pembangunan: Keterlibatan antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan nasional sangat esensial, namun perempuan masih dihadapkan pada pola diskriminasi dan ketidakadilan di berbagai sektor
  • Gangguan mental: Perempuan yang tidak memenuhi standar kecantikan dapat mengalami gangguan mental seperti Body Dysmorphic Disorder, yang dapat menyebabkan kecemasan dan ketidakpuasan yang berlebihan

Dalam beberapa contoh, perempuan diharuskan memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis, yang dapat mempengaruhi persepsi diri dan kepercayaan diri, serta mempengaruhi kesejahteraan emosional dan sosial. Perempuan yang tidak memenuhi standar kecantikan   dapat mengalami kurang percaya diri, tekanan sosial, dan gangguan mental. Dalam kesimpulan, menilai perempuan dari penampilannya dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap karier, kesehatan, citra diri, kualitas hubungan, dan masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kesetaraan gender dan menghormati perempuan sebagai individu yang memiliki nilai dan kepedulian yang sama dengan laki-laki.

Berhenti menilai perempuan dari penampilannya adalah suatu prinsip yang penting dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kesetaraan gender. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kita perlu berhenti menilai perempuan dari penampilannya:

  1. Meningkatkan Kesadaran Terhadap Kesetaraan Gender

Menilai perempuan dari penampilannya dapat mengarah pada stereotipe gender yang dapat membatasi potensi perempuan. Dengan berhenti menilai perempuan dari penampilannya, kita dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesetaraan gender dan menghormati perempuan sebagai individu yang memiliki potensi dan kemampuan yang sama dengan laki-laki.

  1. Mencegah Diskriminasi

Menilai perempuan dari penampilannya dapat mengarah pada diskriminasi dan penghinaan terhadap perempuan. Dengan berhenti menilai perempuan dari penampilannya, kita dapat mencegah diskriminasi dan menghormati perempuan sebagai individu yang memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki.

  1. Meningkatkan Kualitas Hubungan

Menilai perempuan dari penampilannya dapat mengarah pada hubungan yang tidak seimbang dan tidak sehat. Dengan berhenti menilai perempuan dari penampilannya, kita dapat meningkatkan kualitas hubungan dengan perempuan dan menghormati mereka sebagai individu yang memiliki nilai dan kepedulian yang sama dengan kita.

  1. Meningkatkan Kesadaran Terhadap Diri Sendiri

Menilai perempuan dari penampilannya dapat mengarah pada kesadaran yang salah terhadap diri sendiri. Dengan berhenti menilai perempuan dari penampilannya, kita dapat meningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri dan menghormati perempuan sebagai individu yang memiliki nilai dan kepedulian yang sama dengan kita.

  1. Meningkatkan Kualitas Masyarakat

Menilai perempuan dari penampilannya dapat mengarah pada masyarakat yang tidak seimbang dan tidak sehat. Dengan berhenti menilai perempuan dari penampilannya, kita dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan menghormati perempuan sebagai individu yang memiliki nilai dan kepedulian yang sama dengan kita. Dalam kesimpulan, berhenti menilai perempuan dari penampilannya adalah suatu prinsip yang penting dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kesetaraan gender.

Dengan berhenti menilai perempuan dari penampilannya, kita dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesetaraan gender, mencegah diskriminasi, meningkatkan kualitas hubungan, meningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri, dan meningkatkan kualitas masyarakat.

Kita perlu berhenti menilai perempuan dari penampilannya karena penampilan hanya merupakan satu aspek kecil dari identitas dan nilai seorang perempuan. Menilai perempuan hanya berdasarkan penampilannya mereduksi mereka menjadi objek, mengabaikan potensi, kecerdasan, dan kontribusi mereka dalam berbagai bidang kehidupan.

Hal ini juga memperkuat stereotip gender yang merugikan dan menciptakan tekanan yang tidak sehat terhadap perempuan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis. Sebaliknya, kita perlu menghargai dan menghormati perempuan atas prestasi, karakter, dan kontribusi mereka tanpa memandang penampilan fisik sebagai ukuran utama.***

 

Penulis adalah Mahasiswi Semester II, FKIP Unika St. Paulus Ruteng