LABUAN BAJO-Insideflores.id, Rabu (24/8/2022) petang wita, arus lalulintas kendaraan di jalan Soekarno Hatta atas terpantau normal-lancar. Trotoar jalan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Puncak Waringin ramai dikunjungi para wisatawan asing dan lokal, warga kota Labuan Bajo. Mereka memburu pengalaman senja kota Labuan Bajo di bukit anggun nan memesona itu.
Pengalaman yang paling diburu pengunjung adalah sang surya balik ke peraduannya (sunset). Mereka hendak menikmati pengalaman senja itu seraya berselfi ria dengan latar laut dan pesona megah waterfront city.
Di antara para pengunjung itu tampak seorang pria paruh baya. Berbaju kaus oblong warna hitam dan celana pendek. Di bawah remang-remang lampu jalan Soekarno-Hatta , Ia duduk di tepi trotoar jalan. Wajahnya setengah tengadah. Sesekali terpana ke laut. Menikmati keindahan lukisan alam Labuan Bajo di waktu malam.
Di sampingnya, ada sebuah keranjang biru dan termos warna hijau. Keranjang itu berisi bungkusan kopi sashet, toples gula, sebungkus teh wangi, susu Indonesia milik sashet, sendok dan gelas plastik.
Saya mendekatinya persis di depan Hafenblick. Saya duduk di seberangnya. Mengajaknya ngobrol sembari menyeruput kopi panas.
Nama anak muda itu, Milianus Evencus Nando (20). Akrab disapa Lian. Ia berasal dari kampung Golo Karot, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Lian mengisahkan bahwa ia baru masuk kuliah. Semester I Jurusan Teknologi Informasi Politeknik El Bajo Commodus, Labuan Bajo usai tamat SMA Negeri 1 Komodo.
Anak sulung dari lima bersaudara. Tiga laki-laki, dua perempuan. Buah hati dari bapak Maxsimus Nanjo dan ibu Rosalia Jenina.
Orangtua mereka petani. Adik perempuan (Elfiana Sofia Namut) Kelas III SMK Stella Maris Labuan Bajo. Kini lagi praktik di Hotel Sudamala. Dua adik laki-lakinya SMP di Lembor. Adik bungsunya di bangku SD.
“Saya bersama adik tinggal di rumah keluarga kami di Golo Koe”, tuturnya. Ingin jadi orang sukses
Ditanya apa motivasinya menjual kopi di tengah gemerlap malam kota Labuan Bajo, Lian membentangkan kisah inspirasi ini.
“Saya anak sulung. Orangtua petani. Biaya kuliah saya semester pertama hampir sebelas juta rupiah. Saya ingin jadi orang sukses”, sahutnya datar.
Makin dalam kisahnya. Sejak empat bulan lalu, ia menekuni kerja serabutan sepulang kuliah. Menjual kopi di puncak Waringin dan Marina waterfront city hingga bukit Silvia Labuan Bajo.
Pagi hari ke Kampus pukul 08.00 – 12.00 Wita. Kuliah sore pukul 13.00-16.00 Wita.
Bermodalkan sepeda motor, keranjang dan sebuah termos. Ia keluar dari zona nyaman. Menangkap peluang di jantung ibukota. Pergi petang, pulang malam. Dengan kopi, ia menyapa Melayani warga kota super premium dengan kopi. Penikmat kopi umumnya kalangan pegawai dan juga anak-anak milineal.
Ia sajikan menu minuman sesuai selera pengunjung. Top White, Gula Aren, Kopi Kapal Api, Kopi Manggarai, Cappuccino, New Coffe, teh dengan harga Rp 5000/gelas serta susu Indo Milk Rp 7000/gelas.
“Saya usaha sendiri. Modal awal hanya Rp 100.000 hanya jualan minuman kopi, teh dan susu. Pendapatannya rata-rata Rp 40.000-60.000 sekali jual. Hasilnya untuk beli sabun dan keperluan lain”, papar Lian.
Setahun terakhir, Puncak Waringin dan Marina waterfront city Labuan Bajo jadi tempat favorit warga kota Labuan Bajo hingga wisatawan. Spot favorit menikmati sunset saban petang.
“Biasanya mulai jam 5 sore ramai di sini. Banyak orang datang menikmati sunset. Kadang juga saya ke waterfront pukul 04.00 Wita dini hari kalau ada kapal datang. Kalau hari Minggu sepulang Misa, saya juga sering ke bukit Silvia. Saya jualan kopi di sana”, ujar Lian.***