INSIDEFLORES.ID – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, Festival Golo Koe dapat meningkatkan spiritualitas dan solidaritas antar umat beragama serta memperkenalkan kekayaan budaya lokal ke kancah nasional dan internasional sehingga berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan. Dia berharap festival ini dapat memberi kontribusi positif terhadap dunia pariwisata di daerah itu.
“Kami berharap event ini dapat memberi kontribusi positif terhadap dunia pariwisata di Manggarai Raya, dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang berdampak pada pertumbuhan perekonomian daerah,” kata Sandi pekan lalu.
Sebelumnya, Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat menyampaikan bahwa Festival Golo Koe tersemat sejumlah pesan yakni berciri inklusif, merangkul semua anak bangsa dari berbagai suku serta keragaman Agama.
Ia menegaskan bahwa ihwal Festival Golo Koe bukan sekedar event bertema religi, tetapi juga merupakan event pariwisata berciri inklusif sekaligus menjadi momentum perayaan kebersamaan lintas batas.
“Mari kita rayakan persaudaraan lintas batas dalam festival ini,” ujar Mgr. Siprianus Hormat, saat pembukaan Festival Golo Koe, Kamis (10/8).
BACA JUGA :Â Festival Golo Koe Wujudkan Pariwisata Inklusif
Sementara itu, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina mengatakan bahwa penyelenggaran event-event berskala nasional maupun internasional sepanjang tahun 2023 menjadi peluang bermanfaat bagi para pelaku UMKM lokal.
Kata dia, apalagi saat ini pelaku UMKM tengah giat melakukan inovasi guna meningkatkan kualitas produk ekraf, terutama jumlah pelaku UMKM yang berpartisipasi dalam Festival Golokoe kali ini lebih banyak.
“Kedepannya, semua UMKM kami buatkan databasenya untuk keperluan pengembangan produk baik dari segi konten maupun kemasan melalui program kolaborasi kami bersama Kemenparekraf seperti Bedah Kemasan Like Exotic NTT dan juga Floratama Academy untuk membantu akses pasar lebih luas bagi para pelaku UMKM,” ungkapnya.
Shana menekankan, kedepannya BPOLBF akan terus memperkuat kemitraan dengan Keuskupan Ruteng untuk mewujudkan pariwisata inklusif dan berkelanjutan yang menjadikan pariwisata di Labuan Bajo Flores mudah diakses dengan melibatkan kontribusi seluruh lapisan masyarakat.
BACA JUGA : Bupati Edi Jadikan Labuan Bajo Pariwisata Inklusif, Ekologi dan Berkeadilan Sosial
Salah satu yang menjadi highlight Festival Golo Koe adalah prosesi perarakan laut dan darat Bunda Maria Assumpta Nusantara, yang dilaksanakan pada hari ke-4 dan diikuti oleh umat Keuskupan Ruteng dari tiga Kabupaten di Manggarai dan dipimpin langsung oleh Uskup Ruteng.
Perarakan dimulai dari Gereja Stela Maris Labuan Bajo dilanjutkan ke Dermaga Kampung Ujung dan diterima dengan Tarian Paguyuban Ende Lio, kemudian dilanjutkan kembali dengan prosesi laut.
Lebih dari 20 perahu ketinting mendampingi kapal perarakan menuju dermaga Waterfront City dan dilanjutkan dengan doa bersama sembari berjalan menuju tempah ziarah Gua Maria di Golo Koe. Atraksi religi yang menjadi unggulan Festival Golokoe ini disambut antusias masyarakat dan pengunjung yang hadir.
“Saya mengikuti prosesi ini dengan penuh rasa haru karena baru pertama kali mengikuti perarakan patung Bunda Maria yang seperti ini, di laut dan darat. Selama 3 malam berturut-turut saya bersama teman-teman juga selalu ke Waterfront untuk menonton berbagai atraksi yang disuguhkan dan berbelanja produk kuliner yang disediakan di booth UMKM,” ujar Windi, salah seorang pengunjung.
Festival religi berbalut seni budaya dan sekaligus lingkungan ini dibuka dengan pentas seni budaya, parade Marching Band dari SMAK St. Ignatius Loyola, parade budaya perwakilan 82 paroki, komunitas dan lembaga di Keuskupan Ruteng, serta drumband dari MAN Manggarai Barat.
Selain parade, beragam tarian dan ritual budaya setempat juga menyemarakkan festival, seperti Tarian Sanda Lelang dan Jaga Wela Bombang, penerimaan secara adat (Kepok Tiba Meka), dan Tarian Tiba Meka yang ditarikan 350 penari dari perwakilan SMAK St. Ignatius Loyola dan Unika Santu Paulus Ruteng.
Tarian Tiba Meka (menerima tamu) sendiri merupakan tarian khas Manggarai untuk menunjukan adab orang dalam Reis (nenyapa), Raos (harmonis/persaudaraan), dan Raes (ada bersama).
Sebanyak 152 UMKM turut hadir meramaikan festival yakni UMKM yang berasal dari komunitas, paroki, perorangan baik dari bidang kriya, fashion, maupun kuliner di wilayah Keuskupan Ruteng yaitu Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur memberi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin berbelanja.
Event yang melibatkan 1.500 peserta dari 86 komunitas dan lembaga di Keuskupan Ruteng ini terus ramai dipenuhi wisatawan yang jumlahnya mencapai ribuan pengunjung, terutama pada pukul 16.00 WITA hingga malam hari.
Dalam festival ini, para pengunjung baik wisatawan lokal maupun manca negara disuguhi dengan penampilan pentas Sendratasik (Seni, Drama, Tari, dan Musik) dari berbagai paguyuban etnik, paroki, komunitas dan sekolah-sekolah. Tidak saja mengenalkan budaya lokal yaitu Manggarai Raya, event ini juga diisi oleh penampilan dari komunitas etnis seperti Jawa dengan Tarian Reog Ponorogo serta penampilan tarian dari Entis Nagekeo