LABUAN BAJO | insideflores.id |
Kemenparekraf melalui Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) saat ini tengah mengembangkan kawasan wisata ParaPuar yaitu Kawasan Hutan Bowosie Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno pada Sabtu (29/10), berkesempatan meninjau progres pengembangan kawasan wisata ParaPuar Labuan Bajo, didampingi menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung dan Direktur BPOLBF, Shana Fatina.

BACA JUGA: Proyek Jalan Rp 9,8 Miliar di Pacar Terlantar

“Pengembangan Kawasan wisata ParaPuar diharapkan mampu memberikan dampak positif, bagi perkembangan roda perekonomian masyarakat di ujung barat pulau Flores ini,” tutur Sandiaga.

Karena itu lanjut Sandiaga, pengembangan pariwisata Labuan Bajo memerlukan dukungan dan kerjasama dari investor investor luar, sehingga upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud melalui pembukaan lapangan kerja.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno didampingi menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung dan Direktur BPOLBF, Shana Fatina, tengah progres pembangunan kawasan ParaPuar, Hutan Bowosie Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT.

“kita juga ingin mendengar bagaimana kerjasama dengan investor investor.
Dan saya meyakini bahwa jika investasi masuk akan terbuka lapangan kerja yang luas, meningkatkan ekonomi masyarakat di labuan Bajo dan tentunya juga meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan ekonomi disini” papar Sandiaga.

Saat ini ucapnya, pemerintah tengah menjajal kerjasama dengan pihak luar guna menambah rute penerbangan langsung menuju Labuan Bajo.

“Terkait keterbatasan penerbangan, saya mengajak menteri kesini karena kita ingin ada penerbangan langsung dari Singapura, khususnya untuk menyasar pasar yang menggemari wisata diving karena kalau kata Pak Mentri tadi daya tarik utama di Labuan Bajo adalah Komodo, Kalong dan Manta Point. Tapi disamping itu juga ada tambahan tambahan seperti budaya wisata kuliner juga wisata wisata berbasis ekotourism termasuk juga wisata olahraga,” jelasnya.

Menanggapi Sandiaga, Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung memuji keindahan Labuan Bajo yang tidak ditemuinya di Singapura. Untuk itu ia berharap kawasan wisata ParaPuar dapat dikembangkan dengan baik demi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

BACA JUGA: IFG dan Anggota Holding, Salurkan Bantuan Sembako Bagi Warga Pulau Messah

“Terimakasih untuk semua yang telah menjamu kami dengan menunjukan kepada kami apa yang kalian miliki baik di darat maupun di laut. Dari sini (view Point ParaPuar) kamu bisa melihat Pulau Rinca, Kalong, Pulau Komodo, dari sisi lainnya Manta Point, di puncak ini ada hutan dimana kamu memiliki rencana besar untuk dikembangkan, dimana semua ini tidak kami miliki di Singapura,” ujarnya.

Ong Ye Kung menilai pengembangan destinasi wisata baru ParaPuar tentu akan berdampak pada lama tinggal wisatawan di Labuan Bajo. Ia pun membandingkan lama tinggal wisatawan di Singapura yang rata – rata hanya berkisar selama 2 hari, meskipun mereka memiliki sejumlah infrastruktur penunjang yang berkualitas dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan berharap lebih lama memiliki waktu tinggal.

“Di Singapura kami memiliki Infrastruktur, kami mampu menarik para traveler untuk datang ke Singapura dan Asia Tenggara. Singapura masih belum cukup, mereka tinggal disana 2 hari, 3 hari sisanya mereka ingin mengunjungi Asia Tenggara. Itulah yang saya rasakan antara Singapura dan negara Asia tenggara lainnya, khususnya di Indonesia dimana kamu memiliki 18 ribu pulau ada begitu banyak hal yang bisa ditawarkan. Kita bisa memberikan paket wisata yang berkualitas kepada semua orang di dunia yang ingin mengunjungi Asia Tenggara.” Jelasnya.

Ia berharap Kemenparekraf mampu bekerja optimal dalam mengembangkan pariwisata Labuan Bajo yang berkualitas, berkelanjutan dan berkelas dunia. Menurutnya, pariwisata merupakan salah satu cara investasi yang mampu menguntungkan semua pihak, khususnya bagi masyarakat.

Sementara itu, Direktur BPOLBF, Shana Fatina menjelaskan, saat ini kawasan ParaPuar dikembangkan menjadi 4 zona Kawasan Otorita. Yaitu, Zona budaya (culture district), leisure district atau zona rekreasi, zona ketiga yang merupakan area wildlife district atau zona alam liar dan terakhir ialah zona Adventure District atau Zona Petualangan.

Saat ini lanjut Shana, tengah melakukan progres pembangunan akses jalan masuk menuju kawasan otorita ParaPuar yang mulai dilakukan pada bulan April lalu dan dikerjakan oleh pihak ketiga yakni PT Gunung Sari Indah (GSI) dengan nilai kontrak mencapai 20 miliar lebih (Rp. 20.357.194.000).

“Saat ini Pekerjaan Pembangunan Akses Jalan Zona Otoritatif (PAJZO) BPOLBF tahap 1 dilakukan sepanjang 1,5 Kilometer dengan rincian pembangunan jalan selebar 24 meter dilakukan sepanjang 800 meter. Kemudian jalan selebar 10 meter dilakukan sepanjang 700 meter. Adapun pekerjaan pembangunan akses jalan masuk tahap 2 direncanakan akan dilakukan tahun 2023 mendatang,” tutup Shana. (MKJ**)