Opini
Oleh : Fransiskus Ndejeng
Latar belakang tulisan ini terjadi akibat dari adanya lompatan yang begitu jauh, bahkan bisa dibilang paradoks 360 derajat dari perkembangan/kemajuan infrastruktur fisik dari pengalaman dan peristiwa terbukanya daerah isolasi sejak kemerdekaan Republik Indonesia, 1945, dari era orde lama, menuju era orde baru dan memasuki era reformasi.
Dengan adanya Undang-Undang Otonomi Daerah (Otda) dan era keterbukaan demokrasi dan era digitalisasi, semakin meluasnya akses pembangunan yang bergeser dari sistem pemerintahan sentralistik menuju era dekonsentrasi dan otonomi daerah, dapat membuat sistem pembangunan negara tidak hanya berpusat di ibu kota negara, namun mulai bergeser dan berpusat di daerah.
Hal inilah yang membuat semua aspek pembangunan terbagi dan tersebar secara merata ke seluruh pelosok negeri tercinta. Terutama untuk wilayah-wilayah Indonesia bagian Timur, khususnya NTT.
BACA JUGA: Plafon Bandara Komodo Bocor, PT PP Langsung Lakukan Perbaikan
Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan bangsa terbagi ke daerah-daerah secara berkesinambungan, sejak tahun 1999 sampai saat ini, kurang lebih 25 tahun perjalanan reformasi, secara kasat mata banyak perubahan demi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Demikian pun, pusat pariwisata dan budaya yang berjalan berbarengan dan saling mendukung satu sama lainnya, dengan pembangunan pariwisata sebagai leading sektor ekonomi secara terpadu dan sepadan (linch and much).

Alasan inilah yang membuat sekat isolasi dibuka dengan adanya perhatian dari pemerintah pusat,
dan diikuti oleh respon positif dari pemerintah daerah membuat kawasan ekonomi baru terbentuk, seperti kawasan pariwisata “Tanah Mori” yang terletak di Desa Golo Mori, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.
Imajinasi penulis tentang sebuah keindahan alam ciptaan sang pencipta alam semesta ini, tentu tak lepas dari sentuhan tangan pemimpin yang peduli dengan kemajuan suatu bangsa.
Ibarat sedang membayangkan sebuah surga yang nyata dan nyata kelihatan di atas muka bumi ini. Itulah sepenggal kata dan kalimat yang dapat saya petik dari refleksi dari sebuah perjalanan wisata domestik ke ujung selatan barat laut pulau Flores barat, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tepatnya, pada hari Minggu, 15 Januari 2023 pagi selepas misa minggu kedua, minggu biasa tahun penanggalan liturgi gereja lokal Keuskupan Ruteng, Kevikepan Labuan Bajo.
Calon keuskupan baru Labuan Bajo
Letak Tanah Mori berhadapan langsung dengan wilayah pulau Rinca, yang dipisahkan oleh kolam
labuh laut sepanjang Selat Molo, dan laut sepanjang pasir panjang.
Kawasan ini menyimpan berbagai keunikan binatang purba Varanus Komodo, yang terletak di Balai Taman Nasional Komodo (TNK).
Termasuk kawasan Wae Wuul, sebuah kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Ruteng II, sebagai kawasan penyanggah utama, wilayah konservasi, dengan jenis reptil raksasa Komodo Wae Wuul, mirip Komodo endemis yang
menghuni habitat pulau Rinca dan Pulau Komodo sebagai sebuah warisan dunia dari PBB melalui
Unesco.
Suatu Heritage Vegetation (vegetasi alamiah, warisan alam dunia), suatu vegetasi hampir
punah yang wajib dilindungi oleh negara dan Unesco.
BACA JUGA: Carut-marut Persoalan Tanah di Labuan Bajo, Tokoh Adat Sampaikan Pernyataan Sikap Bersama
Tanah Mori, Pantai Pasir Panjang, terletak di Dusun Soknar, Desa Golo Mori. Jarak antara pantai Pasir Panjang dan puncak gunung Tanah Mori, kira-kira sekitar 2,5 km. Sebelum memasuki kawasan ekonomi khusus dan perhotelan elit para pengusaha kelas atas, yang dipisahkan oleh sebuah kampung kecil nan asri, yaitu Lenteng.
Dari kejauhan ketika diamati dari lokasi destinasi tepi pantai Pasir Panjang Soknar, terlihat aura
bukit puncak gunung Golo Mori yang menantang. Magis. Seperti ada penjaga gunung itu, kian
berwibawa, dan menampakkan sesuatu yang rada-rada angker, tetapi, penuh rahasia yang
tersimpan rapi isi puncak gunung tanah mori itu, berpengaruh dapat merasuki pikiran dan menghipnotis rasa bagi para penikmat dan wisatawan.

Selain itu sekaligus menantang dani menyimpan sejuta pesona indah penuh rahasia. Seolah-olah gunung itu memberi aura yang menyedot perhatian dan imajinasi para pelancong yang datang dan pergi.
Sebuah caption bijak dari sejumput penulis dipinggiran dinding sosmed, selalu mengagumkan alam semesta, hasil ciptaan Sang Khalik. Dengan bijak menyatakan bahwa, “ alam merupakan salah satu anugerah terindah yang diciptakan oleh Tuhan.
Mulai dari gunung, pantai, hutan, gurun, hingga danau pun tampak begitu elok di mata manusia. Tak hanya tempat-tempat tersebut, objek di sekitar seperti tanah, air, pepohonan, hingga binatang juga termasuk ke dalam “alam“.
Keindahan alam “dijadikan sebagai pengingat dan sebuah renungan agar selalu menjaga alam”. Terlebih juga sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan mencintai alam”.
Pesona indah alam berupa gunung, hutan dan air laut di sekitar lokasi wisata Tanah Mori, pantai
Pasir Panjang, Selat Molo, Pulau Rinca bagian seberang bagian Barat pantai itu, seolah dirajut jadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan oleh akal sehat manusia yang menguasai alam semesta ini.
Oleh sebab itu, telah terbentuk sejak dunia dijadikan oleh sang pemilik kehidupan ini.
Terbersit dalam memori seorang penulis terkenal filsuf pythagoras (570-490 SM), berpandangan sangat menarik, bahwa bumi dan isinya berasal dari zat tertentu (secara fisika) yang tepat. Bersifat ilahi, abadi, tak berubah dan meliputi segala sesuatu.
Dalam istilah kimia, massa suatu benda tidak dapat diciptakan tidak dapat dimusnahkan. Namun, mengalami proses evolusi dari ke waktu yang sangat lama di alam semesta ini.
Secara logis, dari waktu ke waktu pula, alam semesta mengalami perubahan komposisi dan struktur yang lama kelamaan berevolusi, dan beradaptasi terhadap setiap ada perubahan lingkungan sekitarnya. Cocok dengan pandangan seorang ahli evolusi, Jean Baptiste de Lamarck ; yang menyatakan perubahan evolusi setiap isi alam dan makhluk hidup di dalamnya mengikuti perubahan yang terjadi dari perubahan lingkungan alam semesta itu sendiri. Sehingga setiap lokasi di atas permukaan planet bumi ini dari waktu ke waktu senantiasa diikuti oleh arah perubahan komposisi kehidupan di dalamnya.
Ada yang dapat bertahan hidup dan ada yang mengalami kepunahan karena tidak adaptif terhadap perubahan lingkungan. Misalnya; pengaruh faktor alam yang berubah, seperti perubahan iklim dan cuaca yang ekstrem, perubahan akibat dari gempa bumi, dan termasuk faktor-faktor lainnya, baik internal maupun eksternal.
Dengan demikian, menurut pandangan penulis, bahwa setiap makhluk hidup di atas bumi ini
senantiasa berevolusi mengikuti irama pergerakan alam yang selalu stabil, tidak konstan. Yang
konstan adalah perputaran bola bumi pada porosnya, dan akibatnya terjadi gesekan dan pergeseran struktur permukaan bumi. Diikuti oleh adanya perubahan komposisi dan sifat makhluk hidup.
Oleh sebab itu, peristiwa yang membuat alam ini terus berubah seperti timbul keindahan dan
keunikan suatu tempat, topografis yang indah, gunung yang menakjubkan, seperti Golo Mori, yang terdapat di Tanah Mori adalah dampak yang terjadi sampai saat ini. Seolah olah seperti didesain oleh desainer sejati untuk memberikan sesuatu yang berharga dan bernilai tinggi bagi masyarakat sekitarnya.
Menggugah hati dan pikiran para wisatawan untuk datang dan pergi ke surga Tanah Mori itu. Inilah salah satu dampak positif dari keindahan alam yang terdapat di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanah Mori. Dengan maskot utamanya adalah Golo Mori (diterjemahkan secara harafiah adalah “Gunung Allah”). Gunung milik Tuhan Allah maha pencipta alam semesta ini. Ada sekret, sebuah energi positif yang ditarik dari alam semesta untuk kawasan ini bernilai magis.
Mengundang perhatian semua pihak untuk mengurus daerah ini sebuah potensi wisata masa depan. Tarikan napas kewisataan Tanah Mori mempengaruhi semua isi pikiran para pengambil keputusan di negeri ini.
Hampir sejuta pandangan mata para wisatawan dan pengusaha kelas menengah terpincut dengan
keindahan kawasan Tanah Mori. Di mana dahulu kala, merupakan daerah terisolasi dari transportasi darat.
Hanya bisa diakses melalui yang amat terbatas para pelaut saja yang ingin mencari ikan, kepiting dan hasil laut lainnya.
Akhir-akhir ini, kawasan wisata Tanah Mori semakin digandrungi oleh para investor kelas kakap, karena adanya gaya tarik yang sentripetal (menarik ke dalam), karena adanya keindahan yang menjanjikan untuk dijadikan kawasan bisnis masa depan.
Transportasi membuka isolasi wilayah menembusi tanah mori, menuju wisata geotermal danau Sano Nggoang, terus menuju lintas Selatan dengan keindahan bawah laut sampai Nanga Lili, Kecamatan Lembor Selatan. Semuanya, telah
didesain untuk perkembangan dunia pariwisata masa depan Manggarai Barat.
Sepanjang kawasan ini tersimpan beraneka potensi alam yang luar bisa dan unik. Selain, potensi ikutannya, seperti budaya daerah destinasi setempat. Ada berbagai spot wisata yang menggiurkan mata dunia yang sedang melanglang buana ke bagian Timur Indonesia kita. Itu semua membuka sekat pembangunan untuk dijadikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di semua sektor pembangunan.
Terutama sektor pariwisata, pertanian, perkebunan, sektor perdagangan dan budaya. Apalagi dengan lancarnya sistem transportasi darat, udara, dan laut ; yang semakin terbuka akan akses moda transportasi dari dan ke daerah tujuan destinasi wisata.
Kawasan Taman Nasional Komodo, kawasan Wae Wuul, Tanah Mori, pantai Pasir Panjang ; Danau Sano Nggoang, Istana Ular, kawasan Nanga Lili, Lembor Selatan. Kawasan hutan endemik Mbeliling Flores, dengan berbagai jenis burung endemik. Kawasan Cunca Wulang, Liang Rodak, Cunca Rami, Cunca Lolos dan sebagainya.
Jadi, dengan memasarkan destinasi wisata baru Tanah Mori, dengan akses transportasi darat yang bagus dan lancar, hotel-hotel berbintang yang akan dan sedang dibangun, ikut mendorong spot spot destinasi wisata di tempat lainnya untuk dikunjungi.
Wisata Bahari, dengan keindahan bunga laut, yang memesona, membuat para wisatawan semakin lama tinggal dan beraktivitas di wilayah ini, maka semakin banyak investasi dan pendapatan daerah. Semakin sejahtera rakyat di sekitar
daerah wisata.
Sentuhan akan pertumbuhan ekonomi kawasan Tanah Mori, akan berbias pada kawasan lainnya, dan ikut berpengaruh terhadap sektor ekonomi rakyat menuju sejahtera.
Inilah dampak dari pertumbuhan kawasan ekonomi Tanah Mori sebagai Surga Dunia secara
berkesinambungan dan holistik. Dengan harapan, adanya kawasan ekonomi baru di Tanah Mori, moda transportasi yang lancar berimbas bagi kepentingan masyarakat dan rakyat pesisir yang semakin sejahtera. Tidak menjual habis tanah pekarangan untuk menjadi orang kaya baru (OKB).
Namun, secara produktif dapat mengembangkan sumber daya ekonomi (hasil jual tanah) demi
meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat sekitar Tanah Mori itu sendiri. Perlahan-lahan nan pasti
rakyat proaktif membangun jiwa dan raganya, tidak jadi penonton, yang lama kelamaan privatisasi Tanah Mori bagi para investor. Kita jadi penonton. Tentu, ini tidak diharapkan bagi kita semua. Kita harus jadi tuan di negeri sendiri. Jangan jadi “Long ata lonto dan Lonto ata Long”. Yang menguasai tanah kita adalah orang luar berwawasan luas dan berduit, kita jadi penonton, karena habis harta terjual dan gigit jari, terusik dari tanah sendiri. Ini, tentu tidak kita harapkan.
Marilah jadikan kawasan Tanah Mori surga bagi kita di dunia. Semoga !
Penulis merupakan Praktisi pendidikan dan Sosial Budaya Manggarai Barat. Tinggal di Jalan Bandara Soehadun, Kota Labuan Bajo.
